Ada dua pandangan yang menjelaskan tentang unsur-unsur yang membangun manusia, yaitu :
- Manusia terdiri dari empat unsur yang saling terkait:
- Jasad : badan kasar manusia yang dapat diraba dan dilihat (nampak luar/fisik).
- Hayat : unsur hidup yang ditandai dengan gerak.
- Ruh : bimbingan dan pimpinan Tuhan, bekerja secara spiritual.
- Nafs : kesadaran tentang diri sendiri.
- Manusia sebagai satu kepribadian mengandung tiga unsur:
- Id : merupakan komponen utama kepribadian. Id didorong oleh prinsip kesenangan, yang berusaha untuk kepuasan segera dari semua keinginan, keinginan, dan kebutuhan. [Haryanto, 2010]
- Ego : merupakan komponen kepribadian yang bertanggung jawab untuk menangani dengan realitas. Ego sadar akan tuntutan dunia luar dan mengatur keingingan Id agar dapat dipuaskan dengan cara yang dapat diterima.
- Superego : komponen kepribadian paling akhir, terbentuk dari lingkungan eksternal. Superego menunjukan pola aturan yang dalam derajat tertentu menghasilkan kontrol diri melalui sistem imbalan dan hukuman yang terinternalisasi. [Freud, dalam Brennan, 1991: 205-206]
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai satu kesatuan yang utuh. Manusia dilengkapi oleh akal, perasaan dan kehendak, oleh karena itu manusia disebut sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna, jika dibandingkan dengan makhluk lainnya. Dengan akal manusia mampu menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan dengan adanya perasaan manusia mampu menciptakan kesenian. Daya rasa manusia ada dua macam, yaitu perasaan inderawi dan perasaan rohani. Perasaan inderawi adalah rangsangan jasmani melalu pancaindera. Perasaan rohani adalah perasaan luhur yang hanya dimiliki oleh manusia.
C. Kepribadian Bangsa Timur
Kepribadian bangsa timur dapat diartikan suatu sikap yang dimiliki oleh suatu negara atau daerah, sebut saja Indonesia. Bisa kita lihat bahwa negara kita memiliki sikap teloransi yang tinggi tentang agama dan kebudayaanya. Hal itu dapat tercermin dalam semboyan kita "Bhineka Tunggal Ika" yang artinya berbeda-beda namun tetap satu. Selain itu bangsa timur juga sangat menjung nilai kesopanan, sehingga bangsa timur dikenal sebagai bangsa yang ramah dan bersahabat. Tak hanya itu, bangsa timur juga terkenal dengan budaya gotong royong dan peduli terhadap sesama, berbeda dengan bangsa barat yang cenderung bersifat individualis dan egois dalam kehidupan bermasyarakat.
Bagan Psiko-sosiogram Manusia
Francis L.K Hsu, sarjana Amerika keturunan Cina, mengatakan bahwa dalam jiwa manusia mengandung delapan daerah seperti lingkaran-lingkaran konsentris sekitar diri pribadi yang disebut dengan psiko-sosiogram manusia. Prof. Dr. Koentjaraningrat dalam bukunya yang berjudul kebudayaan, mentalitas dan pembangunan, halaman 128, memaparkan bagan psiko-sosiogram manusia sebagai berikut :
Nomor 7 dan 6 terdiri dari bahan pikiran dan gagasan yang telah tersedak kedala, sehingga tidak disadari oleh individu.
Nomor 5 terdiri dari pikiran - pikiran yang disadari oleh individu, namun hanya disimpan dalam jiwanya dan tidak dinyatakan kepada siapapun.
Nomor 4 mengandung pikiran, gagasan dan perasaan yang dapat dinyatakan secara terbuka oleh individu kepada sesama.
Nomor 3 mengandung konsepsi tentang orang-orang, binatang, atau benda yang oleh individu sebagai tempat berlindung dan tempat mencurahkan isi hati apabila individu dalam kesulitan, dan diperlakukan secara mesra dan karib.
Nomor 2 tidak lagi ditandai dengan sikap sayang dan mesra, melainkan ditentukan oleh fungsi kegunaan orang, binatang atau benda itu bagi dirinya.
Nomor 1 terdiri dari pikiran dan sikap dalam alam jiwa manusia tentang manusia, benda, alat, pengetahuan dan adat yang ada dalam kebudayaan dan masyarakat itu sendiri, tetapi yang jarang sekali mempunyai arti dan pengaruh langsung terhadap kehiduapan sehari-hari.
Nomor 0 terdiri dari pikiran-pikiran dan anggapan yang hampir sama dengan pikiran yang terletak dlam lingkunagn nomor 1, hanya bedanya terdiri dari pikiran dan anggapan tentang orang atau hal yang terletak di luar masyarakat dan ditanggapi oleh individu dengan sikap masa bodoh.
D. Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta "budhayah" yang artinya budi atau akal. Dalam bahasa latin, kebudayaan berasal dari kata "colere" yang artinya mengolah tanah. Jadi secara umum kebudayaan dapat diartikan sebagai "segala sesuatu yang dihasilkan oleh akal budi (pikiran) manusia dengn tujuan untuk mengolah tanah atau tempat tinggalnya". Namun budaya dapat pula diartikan sebagai himpunan pengalaman yang dipelajari, mengacu pada pola-pola perilaku yang ditularkan secara sosial yang merupakan kekhususan kelompok sosial tertentu. [Keesing, Jilid I, 1989 : 68]
Menurut E.B.Tylor (1871) kebudayaan adalah kompleks yang mencangkup pengetahuan, kepercayaaan, kesenia, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan lain serta kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Tokoh kebudayaan :
- Asrul Sani (penyair)
- Abdul Muis (novelis)
- Chairil Anwar (penyair)
- Wiliam Shakespeare (novelis), dan masih banyak lagi.
C. Kluckhohn di dalam karyanya berjudul Universal Categories of Culture mengemukakan, bahwa ada tujuh unsur kebudayaan universal, yaitu:
- Sistem religi (kepercayaan)
- Sistem organisasi kemasyarakatan
- Sistem pengetahuan
- Sistem mata pencarian hidup dan sistem ekonomi
- Sistem teknologi dan peralatan
- Bahasa
- Kesenian
F. Wujud Kebudayaan
Menurut dimensi wujudnya, kebudayaan mempunyai tiga wujud yaitu :
- Kompleks gagasan, konsep dan pikiran manusia
- Kompleks aktivitas
- Wujud sebagai benda
5 masalah pokok kehidupan manusia secara unversal, menurut C. Kluckhohn [Variantation in Value Orientation:1961] :
- Hakekat hidup manusia (MH)
- Hakekat karya manusia (MK)
- Hakekat waktu manusia (WM)
- Hekekat alam manusia (MA)
- Hekekat hubungan manusia (MN)
Gerak kebudayaan adalah gerak manusia yang hidup dalam masyarakat yang menjadi wadah kebudayaan. Gerak manusia terjadi karena ia mengadakan hubungan dengan manusia lainnya. Terjadinya gerak atau perubahan ini disebabkan oleh beberapa hal :
- Sebab-sebab yang berasal dari dalam masyarakat dan kebudayaan sendiri.
- Sebab-sebab perubahan lingkungan alam dan fisik tempat mereka hidup.
- Terbatasnya masyarakat memiliki hubungan atau kontak dengan kebudayaan dan dengan orang-orang yang berasal dari luar masyarakat tersebut.
- Jika pandangan hidup dan nilai-nilai yang dominan dalam suatu kebudayaan ditentukan oleh nilai-nilai agama, dan ajaran ini terjalin erat dalam keseluruhan pranata yang ada, maka penerimaan unsur baru itu mengalami hambatan dan harus disensor dulu oleh berbagai ukuran yang berlandaskan ajaran agama yang berlaku.
- Corak struktur sosial suatu masyarakat turut menentukan proses penerimaan kebudayaan baru.
- suatu unsur kebudayaan diterima jika sebelumnya sudah ada unsur-unsur kebudayaan yang menjadi landasan bagi diterimanya unsur kebudayaan yang baru tersebut.
- Apabila unsur yang baru itu memiliki skala kegiatan yang terbatas, dan dapat sengan mudah dibuktikan kegunaannya oleh warga masyarakat yang bersangkutan.
Secara sederhana hubungan antara manusia dan kebudayaan adalah : manusia sebagai perilaku kebudayaan, dan kebudayaan sebagai obyek yang dilaksanakan manusia. Dalam sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal, maksudnya bahwa walaupun keduanya berbeda tetapi keduanya merupakan satu kesatuan. Manusa menciptkan kebudayaan, dan setelah itu kebudayaan mengatur hidup manusia. Contohnya adalah manusia dengan peraturan kemasyarakatan. Pada awalnya manusia membuat peraturan maka setelah itu manusia yang membuatnya harus patuh pada peraturan yang dibuatnya itu.
Hubungan antara manusia dan kebudayaan dapat dipandang setara dengan hubungan antara manusia dengan masyarakat dinyatakan sebagai dialektis, maksudnya saling terkait satu sama lain. Proses dialektis tercipta melalui tiga tahap, yaitu :
- Eksternalisasi : proses dimana manusia mengekspresiakan dirinya dengan membangun dunianya,
- Obyektivitas : proses dimana masyarakat menjadi realitas obyektif, yaitu suatu kenyataan yang terpisah dari manusia dan berhadapan dengan manusia.
- Internalisasi : proses dimana masyarakat desergap kembali oleh manusia.
Referensi
Nugroho, Widyo dan Achmad Muchji. 1996. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Gunadarma.
Haryanto. 2010. Struktur Kepribadian Id, Ego dan Superego Sigmund Freud. http://belajarpsikologi.com/struktur-kepribadian-id-ego-dan-superego-sigmund-freud/. diakses pada 15 November 2013 pukul 18:35 WIB.
Gunadarma. 2010. 2.3 Kepribadian Bangsa Timur. http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/02/2-3-%E2%80%A2kepribadian-bangsa-timur/. diakses pada 15 November 2013 pukul 19:10 WIB.
Hendar, Abu. 2012. Hubungan Manusia dan Kebudayaan. http://www.abu-hendar.com/2012/04/hubungan-manusia-dan-kebudayaan.html. diakses pada 15 November 2013 pukul 19:11 WIB.
0 comments:
Post a Comment