Friday, 23 October 2015

PSIKOLOGI MANAJEMEN

by Fadhila Nursyifa at 10/23/2015 0 comments
Definisi dan Sejarah Psikologi Manajemen


Pada awalnya psikologi manajemen merupakan dua bidang ilmu yang terpisah, yaitu psikologi dan manajemen. Psikologi adalah ilmu yang mempelajari manusia dan manajemen adalah proses pengkoordinasian semua sumber daya melalui proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan supaya tercapai tujuan yang telah ditetapkan (Henry L. S dalam Gaol, 2008). Jadi Psikologi manajemen adalah ilmu tentang bagaimana mengatur / me-manage sumber daya yang ada untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Untuk menjamin kesuksesan suatu organisasi diperlukan pemahaman yang baik terhadap teori manajemen guna mendorong efektivitas dan efisiensi kerja atau profesionalisme manajemen. Hal ini disebabkan manajemen merupakan kombinasi antara ilmu dan seni. Awalnya konsep manajemen digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia, kemudian timbul pemikiran bahwa akal manusia dapat memenuhi kebutuhan itu secara lebih efektif lagi, setelah itu dibutuhkan modal untuk mendanai alat yang akan membantu dalam meningkatkan efektifitas. Maka, sejak zaman revolusi industri, tiga modal kerja yang utama adalah SDA (Sumber Daya Alam), SDU (Uang) dan SDM (Manusia), dan ilmu manajemen pun berkisar pada upaya untuk mengoptimalkan kinerja antar ketiga modal kerja itu.

Dengan ditemukan dan dikembangkannya ilmu psikologi, diketahui bahwa unsur SDM ternyata merupakan yang terpenting, karena ilmu psikologi yang memang berpusat pada manusia, yang mampu mengintervensi atau mengolah berbagai faktor internal manusia seperti motivasi, sikap kerja, keterampilan, dsb dengan berbagai macam teknik dan metode, sehingga bisa dicapai kinerja SDM yang setinggi-tingginya untuk produktivitas perusahaan.

Komunikasi


Menurut Edwin Emercy (dalam Suprapto, 2009) komunikasi adalah seni menyampaikan informasi, ide dan sikap seseorang kepada orang lain. Menurut Delton E dan Mc Farland (Suprapto, 2009) komunikasi adalah suatu proses interaksi yang mempunyai arti antara sesama manusia. Sedangkan Karlfried Knapp (Suprapto, 2009) mengatakan bahwa komunikasi merupakan interaksi antar pribadi yang menggunakan simbol linguistik, seperti sistem simbol verbal (kata-kata) dan nonverbal. Sistem ini dapat disosialisasikan secara langsung atau melalui media lain. Jadi dapat dipahami bahwa komunikasi adalah proses menyampaikan informasi atau pesan dari individu satu ke individu yang lain, baik secara verbal (kata-kata) maupun nonverbal. Terdapat empat dimensi komunikasi, yaitu dimensi isi, dimensi kebisingan, dimensi jaringan dan dimensi arah.
  1. Dimensi Isi
    Yang dimaksud dengan isi dalam dimensi ini adalah informasi yang akan disampaikan dalam komunikasi. 
  2. Dimensi Kebisingan 
    Dimensi ini dapat disebut dengan gangguan dalam komunikasi yang menyebabkan informasi sukar diterima oleh orang lain. Ketika seseorang berbicara di tempat yang ramai dan bising maka lawan bicaranya akan kesulitan mendengar apa yang dikatakan orang tersebut. Selain itu adanya suara-suara psikologis juga mengganggu jalannya proses komunikas.
  3. Dimensi Jaringan
    Jaringan komunikasi adalah saluran yang digunakan untuk meneruskan pesan dari orang satu ke orang yang lain. Jaringan komunikasi dapat dipandang sebagai sistem komunikasi formal yang diciptakan oleh organisasi sebagai sarana komunikasi organisasi.
  4. Dimensi Arah
    Arah komunikasi terbagi menjadi dua, satu arah dan dua arah. Komunikasi satu arah merupakan komunikasi yang berlangsung dari satu pihak saja. Komunikan tidak diberikan kesempatan untuk merespon apa yang disampaikan komunikatornya. Sedangkan komunikasi dua arah adalah komunikasi yang bersifat timbal balik. Dalam komunikasi dua arah komunikan diberikan kesempatan untuk memberikan respon kepada komunikatornya, sehingga dapat memberikan kepuasan kedua belah pihak dan dapat terhindar dari terjadinya kesalah pahaman (Nawangsari, 1997).
Mempengaruhi Perilaku

Definisi Pengaruh
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan dan perbuatan seseorang. Menurut Badudu dan Zain (2001) pengaruh adalah daya yang menyebabkan sesuatu terjadi. Dari definisi diatas dapat diketahui bahwa pengaruh adalah suatu daya atau kekuatan yang dapat membentuk atau mengubah sesuatu yang lain.

Kunci-Kunci Perubahan Perilaku
Perubahan perilaku ditentukan dari interaksi antara seseorang dan lingkunganya (Bensley & Fisher, 2009). Perubahan sosial-budaya dalam kehidupan bermasyarakat akan menyebabkan perubahan perilaku untuk menyikapi dan sebagai penyeimbang perubahan tersebut. Masuknya budaya baru ke dalam budaya lama pun akan menyebabkan terjadinya perubahan perilaku masyarakat (Supriatna, Ruhimat dan Kosim, 2006). 

Perubahan perasaan dalam diri seseorang dapat menyebabkan perubahan pikiran dan dengan sendirinya dapat mengubah perilaku seseorang (Joewana, 2005). Harapan juga merupakan sesuatu yang memicu perubahan perilaku. Harapan atau tujuan seseorang yang tercapai akan menjadi hadiah dan dipandang sebagai sesuatu yang menyenangkan (Bensley & Fisher, 2009). Namun kunci yang paling penting ada pada diri seseorang yang ingin berubah atau diubah perilakunya. Sehebat apapun orang yang ingin mengubah perilaku seseorang, jika tidak ada keinginan untuk berubah pada diri individu yang akan diubah, peruban perilaku tidak akan terjadi.

Mempengaruhi orang lain
Yulk, Lepsinger dan Lucia, berpendapat bahwa ada sembilan jenis taktik mempengaruhi orang lain yang biasa digunakan organisasi (Hughes, Ginnet & Curphy, 2009), yaitu: 
  1. Persuasi Rasional (Rational Persuasion), terjadi jika seseorang mempengaruhi orang lain dengan menggunakan alas an yang logis dan bukti-bukti yang nyata agar orang lain tertarik.
  2. Daya-tarik Inspirasional (Inspirational Appeals), mempengaruhi orang lain dengan menggunakan suatu permintaan atau proposal untuk membangkitkan antusiasme atau gairah orang lain.
  3. Konsultasi (Consultation), mempengaruhi orang lain dengan mengajak dan melibatkan orang yang dijadikan target untuk berpartisipasi dalam pembuatan suatu rencana atau perubahan yang akan dilaksanakan.
  4. Mengucapkan kata-kata manis (Ingratiation), mempengaruhi orang lain dengan menggunakan kata-kata yang membahagiakan, memberikan pujian, atau sikap persahabatan dalam memohon sesuatu.
  5. Daya-tarik Pribadi (Personal Appeals), mempengaruhi orang lain atau memintanya untuk melakukan sesuatu karena meupakan teman atau karena dianggap loyal.
  6. Pertukaran (Exchange), mempengaruhi orang lain dengan memberikan suatu keuntungan tertentu kepada orang yang dijadikan target, sebagai imbalan atas kemauannya mengikuti suatu permintaan tertentu.
  7. Koalisi (Coalition), meminta bantuan dan dukungan dari orang lain untuk membujuk atau sebagaia alasanagar orang yang dijadikan target setuju.
  8. Tekanan (Pressure), mempengaruhi orang lain dengan menggunakan ancaman, peringatan, atau permintaan yang berulang-ulang dalam meminta sesuatu.
  9. Mengesahkan (Legitimacy), mempengaruhi orang lain dengan menggunakan jabatan, kekuasaan, atau dengan mengakatan bahwa suatu permintaan adalah sesuai dengan kebijakan atau aturan organisasi.

Wewenang


Robert Bierstedt mengakatakan bahwa wewenang adalah kekuasaan yang dilembagakan. Harold D. Laswell dan Abraham Kaplan juga mengatakan bahwa wewenang adalah kekuasaan formal. Individu yang mempunyai wewenang berhak untuk mengeluarkan perintah dan membuat peraturan-peraturan serta berhak untuk mengharapkan kepatuhan terhadap peraturan-peraturannya (Budiardjo, 2008).

Wewenang (authority) adalah hak untuk melakukan sesuatu atau memerintah orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar tercapai tujuan tertentu. Penggunaan wewenang secara bijaksana merupakan faktor kritis bagi efektevitas organisasi. peranan pokok wewenang dalam fungsi pengorganisasian, wewenang dan kekuasaan sebagai metoda formal, dimana manajer menggunakannya untuk mencapai tujuan individu maupun organisasi.Wewenang formal tersebut harus di dukung juga dengan dasar-dasar kekuasaan dan pengaruh informal. Manajer perlu menggunakan lebih dari wewenang resminya untuk mendapatkan kerjasama dengan bawahan mereka, selain juga tergantung pada kemampuan ilmu pengetahuan, pengalaman dan kepemimpinan mereka.

Wewenang seseorang akan semakin besar jika kedudukannya dalam sebuah organisasi semakin tinggi. Wewenang yang besar menyebabkan tugas dan tanggung jawab yang diemban seseorang semakin besar (Hafidhuddin & Tanjung, 2008). 


Kekuasaan

Kekuasaan adalah alat untuk memaksa orang lain agar mengikuti kehendak pemegang kekuasaan. Tujuan kekuasaan adalah mempertahankan kekuasaan itu sendiri (Santoso, 2006). Menurut Harold D. Laswell dan Abraham Kaplan (Budiardjo, 2008) Kekuasaan adalah kemampuan untuk suatu hubungan dimana seseorang atau sekelompok orang dapat menentukan tidakan seseorang atau kelompok lain kearah tujuan dari pihak pertama. Menurut Budiardjo (2008) kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau sekelompok manusia untuk mempengaruhi tingkah-lakunya seseorang atau kelompok lain sedemikian rupa sehingga tingkah-laku itu menjadi sesuai dengan keinginan dan tujuan dari orang yang mempunyai kekuasaan itu.


Referensi


Bensley, R. J., & Fisher, J. B. (ed). (2009). Metode Pendidikan Kesehatan Masyrarakat. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Budiardjo, Miriam. (2008). Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Gaol, C. J. L. (2008). Sistem Informasi Manajemen. Jakarta : Grasindo.

Hafidhuddin, D., & Tanjung, H. (2008). Manajemen Syariah dalam Praktik. Depok : Gema Insani.

Hughes, R. L., Ginnet, R. C., & Curphy, G. J. (2009). Leadership: Enhancing the Lessons of Experience, 6th Edition. Singapore : McGraw-Hill International Edition.

Joewana, Satya. (2005). Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Psikoaktif: Penyalahgunaan NAPZA/ Narkoba. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Nawangsari, Sri. (1997). Komunikasi Bisnis. Jakarta : Universitas Gunadarma.

Santoso, Joko. (2006). Jalan Tikus Menuju Kekuasaan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Suprapto, Tommy. (2009). Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi. Jakarta : MedPress.

Supriatna, N., Ruhimat, M., & Kosim. (2006). Ilmu Pengetahuan Sosial (Geografi, Sejarah, Sosiologi, Ekonomi) untuk Kelas IX. Jakarta : Grafindo.

Monday, 23 March 2015

Dimensi Sehat, Kesehatan Mental dan Sejarah Kesehatan Mental

by Fadhila Nursyifa at 3/23/2015 0 comments
Sehat adalah sesuatu yang selalu kita dambakan. Di setiap doa seseorang, pasti terselip kata sehat, baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Tapi apakah arti sehat itu? Menurut saya, sehat adalah suatu keadaan yang sangat baik atau sempurna yang membuat kita menjadi manusia yang aktif, bermanfaat, positif dan tentunya selalu bersyukur. Sehat itu tidak hanya dilihat dari tubuh atau fisik, tapi sehat itu mencangkup semua aspek kehidupan kita, dan semua dimulai dari pikiran kita. Orang yang benar-benar sehat adalah orang yang memiliki pikiran yang sehat. Melaui pikiran yang sehat maka akan membentuk tubuh, sikap, iman, dan lingkungan yang sehat. Menurut buku yang sedang saya baca, The Master Key System, dari Charles F. Haanel, “Setiap pikiran merupakan suatu penyebab, dan setiap kondisi merupakan suatu akibat. Karena itu, anda perlu mengendalikan pikiran agar yang muncul hanya kondisi-kondisi yang diinginkan saja”. So mulai sekarang, yuk biasakan berfikir secara sehat.

Sekarang kita lihat beberapa pengertian sehat menurut sumber terpercaya, no gossip :
  • World Health Organization (WHO), sehat adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. 
  • UU N0. 23/1992 tentang kesehatan, sehat / kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera dari badan (jasmani), jiwa (rohani) dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
  • Maslow, manusia sehat adalah manusia yang mampu mengaktualisasikan dirinya dan mencapai kebahagiaan.
Nah benarkan ternyata, kalau sehat itu bukan hanya dilihat dari fisik kita saja, namun dilihat pula dari keadaan mental dan lingkungan sosial seseorang. Misalnya, orang yang fisiknya tidak sehat (memiliki penyakit kronis atau lemah) bisa saja memiliki mental yang lebih sehat dari pada orang yang fisiknya sehat, dan orang yang sedang sakit itu pun dapat memiliki lingkungan yang lebih sehat dari pada orang yang fisiknya sehat. Kenapa itu terjadi? Itu semua karena mereka atau mungkin kita, yang memiliki fisik yang sehat, lupa untuk bersyukur atas kesehatan yang dianugrahi oleh Allah SWT.

Selanjutya ada konsep sehat yang dapat dilihat dalam beberapa dimensi, diantaranya dimensi emosi, intelektual, sosial, fisik dan spiritual. 

  1. Dimensi Emosi
    Emosi merupakan wujud dari apa yang sedang kita rasakan, misalnya senang, sedih, takut, marah dan sebagainya. Seseorang dikatan sehat secara emosi apabila ia dapat mengekspresikan emosinya secara tepat. 
  2. Dimensi Intelektual
    Dimensi ini melihat bagaimana seseorang berfikir dilihat dari wawasannya, pemahamannya, alasannya, logika dan pertimbangannya. Seseorang dikatakan sehat secara intelektual apabila ia memiliki kecerdasan dalam kategori yang baik maupun melihat realitas. Memiliki nalar yang baik dalam memecahkan masalah atau mengambil keputusan.
  3. Dimensi Sosial
    Yang dimaksud dengan sehat secara sosial adalah ketika kita dapat berinteraksi secara baik dengan individu atau kelompok lain. Kita dapat bertoleransi dengan berbagai perbedaan seperti suku, ras, agama maupun status sosial dan ekonomi, dapat saling bekerja sama dan saling menghargai.
  4. Dimensi Fisik
    Kita dikatakan sehat secara fisik jika kita memiliki tubuh yang normal atau tidak cacat, tidak mudah sakit, dan semua organ tubuh berfungsi dengan baik dan tidak mengalami gangguan. 
  5. Dimensi Spiritual
    Spiritual yang sehat tercermin dari cara kita menjalakan ibadah dan aturan-aturan yang ada dalam agama yang kita anut, untuk menunjukkan rasa syukur kita atas segela pemberian Tuhan Yang Maha Esa.
Contoh kasus…

Sejak lahir Ani memang memiliki tubuh yang lemah, namun ia tetap tumbuh layaknya anak normal, hanya saja ia tidak dapat terlalu lelah karena itu akan membuatnya jatuh sakit. Walaupun tubuhnya lemah tapi Ani tetap bersyukur dan tidak ingin menyerah dengan keadaannya. Ani selalu tahu kapan ia harus beristirahat agar tidak jatuh sakit. Di sekolah, Ani memiliki banyak teman karena ia dikenal sebagai anak yang ramah dan ceria. Guru-guru pun mengenal Ani sebagai anak yang cerdas dan selalu berprestasi. Ani merasa sangat bahagia memiliki teman-teman yang baik dan juga orang tua yang selalu menyayanginya. Ia selalu bersyukur dan berdoa agar Tuhan selalu memberikan perlindungan dan kesehatan kepada dirinya dan orang-orang yang telah mengisi hidupnya.

Dari contoh tersebut kita dapat mengetahui walaupun Ani memiliki fisik yang tidak sehat, namun ia memiliki intelektual, sosial, spiritual serta emosi yang sehat. Intelektual yang sehat dapat dilihat dari cara ia menjaga dirinya agar tidak jatuh sakit, yaitu mengetahui kapan ia harus istirahat. Jika ia tidak memiliki intelektual yang sehat, sudah pasti ia akan menyerah dengan keadaannya dan tidak perduli jika ia harus jatuh sakit. Lagi pula guru-gurunya pun mengatakan bahwa Ani anak yang cerdas dan berprestasi. Memiliki banyak teman yang baik merupakan wujud dari sosial yang sehat. Emosi sehat terlihat dari perasaan bahagianya memiliki teman-teman yang baik serta orang tua yang menyayanginya, sikapnya yang ramah dan ceria juga merupakan wujud dari emosi yang sehat. Rasa syukurnya atas apa yang diberikan Tuhan kepadanya dan doa-doanya tanda ia memiliki spiritual yang sehat. Dari contoh ini pula, kita dapat mengetahui bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Setiap orang pasti punya kelemahannya masing-masing. Yang terpenting jangan sampai spiritual kita yang lemah, karena tidak ada gunanya sehat dalam segi apapun jika kita tidak bersyukur kepada yang memberikan kesehatan.

Kesehatan Mental

Selanjutnya ada kesehatan mental. Seperti yang kita lihat dengan jelas, Kesehatan mental terdiri dari dua kata yaitu sehat dan mental. Kita sudah mengetahui arti kata sehat, nah sekarang apa sih mental itu? Katanya mental itu berasal dari bahasa Latin “men, metis” yang berarti jiwa, nyawa, sukma, roh, atau semangat. Menurut Kamus Bahasa Indonesia, mental itu bersangkutan dengan batin dan watak manusia, yang bukan bersifat badan atau tenaga. Kalau menurut saya, orang yang mentalnya sehat adalah orang yang memiliki semangat yang tinggi, pikiran yang positif dan kepribadian yang baik, serta selalu optimis dan tidak mudah menyerah.

Dan menurut beberapa sumber, kesehatan mental itu adalah:
  • UU No.3/1961, kesehatan mental adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain. 
  • WHO,( 2001), menyatakan bahwa kesehatan mental merupakan kondisi dari kesejahteraan yang disadari individu, yang di dalamnya terdapat kemampuan-kemampuan untuk mengelola stres kehidupan yang wajar, untuk bekerja secara produktif dan menghasilkan, serta berperan serta di komunitasnya
  • Menurut web counselingtreatment, Kesehatan mental adalah keserasian atau kesesuaian antara seluruh aspek psikologis dan dimiliki oleh seorang untuk dikembangkan secara optimal agar individu mampu melakukan kehidupan-kehidupan sesuai dengan tuntutan-tuntutan atau nilai-nilai yang berlaku secara individual, kelompok maupun masyarakat luas sehingga yang sehat baik secara mental maupun secara sosial. Sikap hidup individu yang sehat dan normal adalah sikap yang sesuai dengan norma dan pola hidup kelompok masyarakat, sehingga ada relasi interpersonal dan intersosial yang memuaskan.
Sejarah Kesehatan Mental

Anggapan lama di Cina, Mesir maupun Yahudi kuno mengenai seseorag yang mengalami gangguan jiwa adalah karena dikuasi oleh roh jahat, yang dapat disembuhkan dengan doa, mantera, sihir, dan penggunaan obat-obatan alami tertentu. Jika cara pengobatan ini tidak dapat menyembuhkan, maka langkah berikutnya adalah upaya agar roh jahat tersebut tidak betah hidup di dalam tubuh penderita. Cara yang dilakukan terkadang ekstrim, yaitu dengan cara mencambuk, membiarkan lapar, atau melemparinya dengan batu sampai penderita meninggal dunia.

Kemajuan pemikiran dalam upaya menyembuhkan penderita gangguan jiwa dimulai dari penjelasan Pytagoras tentang penyakit mental, diikuti oleh Plato kemudaian Hippocrates, yang merupakan seorang dokter Yunani Kuno, ia menolak anggapan adanya roh jahat dalam diri penderita gangguan jiwa. Ia berpendapat bahwa gangguan terjadi karena adanya kekacauan ketidakseimbangan cairan dalam tubuh penderita. Hippocrates dan beberapa pengikutnya (para dokter Yunani dan Romawi) mengajukan cara penyembuhan yang lebih manusiawi. Mereka lebih mementingkan lingkungan yang menyenangkan, olah raga, aturan makan yang teratur, pijat/mandi yang menyejukkan; dari pada beberapa pengobatan yang kurang menyenangkan seperti: mengeluarkan darah, penggunaan obat pencahar, dan pengekangan mekanis.

Perkembangan yang telah dimulai oleh Hippocrates dan kawan-kawannya tersebut sayangnya tidak diikuti dengan perkembangan lebih lanjut, sehingga pada abad pertengahan berkembang lagi cerita takhayul primitive dan adanya keyakinan tentang setan. Para penderita gagguan jiwa dianggap berada dalam kelompok setan yang memiliki kekuatan gaib untuk dapat menimbulkan bencana dan kecelakaan bagi orang lain. Mereka lalu di perlakukan secara kejam, karena ada keyakinan bahwa dengan memukul, membuatnya lapar, dan menyiksa, setan yang ada di dalamnya yang akan menderita. Kekejaman ini menumnvak pada abad ke-15, 16, dan 17, karena pada masa itu sedang berlangsung pengadilan ilmu sihir yang akhirnya menghukum mati ribuan penderita.

Pada akhir abad pertengahan, banyak rumah sakit didirikan untuk menanggulangi para penderita penyakit jiwa. Rumah sakit ini bukanlah merupakan pusat perawatan dan penyembuhan, melainkan merupakan semacam penjara dimana para penghuninya diratai di dalam sel yang gelap dan kotor, serta diperlakukan secara tidak manusiawi (seperti binatang).

Pada tahun 1792 ada kabar mengembirakan ketika Philipe Pinel ditempatkan pada sebuah rumah sakit jiwa di Paris. Pinel membuat eksperimen dengan cara melepas rantai yang mengikat penderita. Di luar dugaan orang-orang yag skeptic, yang menganggap Pinel gila karena keberaniannya melepas rantai “binatang” tersebut, percobaan Pinel justru menunjukkan hasil yang lebih baik. Ketika akhirnya dilepas dari kekangannya, lalu ditempatkan di tempat yang bersih dan bercahaya, diperlakukan dengan baik, banyak penderita yang dulunya dianggap tidak dapat disembuhkan memperlihatkan kemajuan yang pesat sehingga akhirnya diperbolehkan untuk meninggalkan rumah sakit jiwa. Masa-masa Pinel ini selanjutnya dikenal dengan masa pra ilmiah karena hanya usaha dan praksis yang mereka lakukan tanpa adanya teori-teori yang dikemukakan.

Masa selanjutnya adalah masa ilmiah, dimana tidak hanya praksis yang dilakukan tetapi berbagai teori mengenai kesehatan mental dikemukakan. Masa ini berkembang seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan alam di Eropa. Dorothea Dix merupakan seorang pionir wanita dalam usaha-usaha kemanusiaan berasal dari Amerika. Ia berusaha menyembuhkan dan memelihara para penderita penyakit mental dan orang-orang gila dan memperbaiki banyak rumah sakit jiwa di Amerika dan Eropa.

Pada awal abad ke-20, dicapai kemajuan besar dalam bidang obat –obatan dan psikologi. Pada taun 1905, gangguan fisik yang dikenal sebagai general paresis terbukti memiliki penyebab yang sifatnya fisik, yaitu infeksi sifilis yang diderita sebelum timbulnya gejala gangguan tersebut. General paresis ditandai dengan adanya penurunan fungsi mental dan fisik seseorang secara lambat, perubahan kepribadian, serta adanya delusi dan halusinasi. Tanpa pengobatan para penderita penyakit ini akan meninggal dalam beberapa tahun. Pada masa itu, general paresis merupakan lebih dari 10% penyebab timbulnya penyakit jiwa, namun pada saat ini hanya sedikit kasus yang dilaporkan berkat efektivitas penisilin sebagai obat untuk menyembuhkan sifilis.

Penemuan general paresis tersebut meyakinkan para ahli bahwa penyakit jiwa berpangkal pada gangguan biologis. Sementara itu pada saat yang hampir bersamaan dua orang ahli yang berbeda juga telah meletakkan dasar pijakan yang penting. Sigmund Freud dan para pengikutnya meletakkan dasar pemahaman penyakit jiwa sebagai gangguan yang berkaitan dengan faktor psikologis, sementara Ivan Pavlov telah berhasil menunjukkan bahwa binatang dapat terganggu secara emosional bila dipaksa mengambil keputusan di luar kemampuan mereka. 

Kemajuan-kemajuan pengetahuan diatas sepertinya tidak mempengaruhi pandangan masyarakat, bahwa rumah sakit jiwa itu adalah sesuatu yang horror dimana para penghuninya dihinggapi rasa takut. Clifford Whitting Beers (1876-1943), mantan penderita gangguan manic depresif sehingga pernah dirawat selama 3 tahun. Selama perawatannya di rumah sakit jiwa, Beer memang tidak lagi mendapat perlakuan dirantai dan disiksa, akan tetapi karena penderitaannya ia pernah memakai baju pengikat (straitjacket) untuk mengendalikan pemberontakannya. Pada tahun 1909, gerakan mental Hygiene secara formal mulai muncul. Diawali oleh, Beers yang menuliskan semua pengalamannya selama dirumah sakit jiwa, dan bukunya yang berjudul A Mind That Found Itself (1908) ini sangat terkenal pada saat itu. Beers tiada henti-hentinya bekerja untuk mendidik masyarakat tentang penyakit jiwa, karena jasanya itu ia dinobatkan sebagai The Founder of the Mental Hygiene Movement. Secara hukum, gerakan mental hygiene ini mendapat pengakuan pada tanggal 3 Juli 1946, yaitu ketika presiden Amerika Serikat menandatangani The National Mental Health Act., yang berisi program jangka panjang yang diarahkan untuk meningkatkan kesehatan mental seluruh warga masyarakat. Gerakan ini berpengaruh besar pada pencegahan dan pengobatan gangguan jiwa.

Referensi

Admin. (2012). Healthy Articles: Emapat aspek kesehatan menta. Dalam http://www.smallcrab.com/kesehatan/595-empat-aspek-kesehatan-manusia (18 Maret 2015)

Admin. (2012). Konsep Sehat, Dimensi, Sejarah dan teori Kepribadian. Dalam https://psyche2nest.wordpress.com/2012/03/21/konsep-sehat-dimensi-sejarah-dan-teori-kepribadian/ (20 Maret 2015)

Counseling Treatment. (TT). Makalah Kesehatan Mental. Dalam http://counselingtreatment.weebly.com/kesehatan-mental.html (19 Maret 2015)

Moredy Katuum. (2014). Kesehatan Mental Konsep Sehat, Sejarah Kesehatan Mental, Teori Kepribadian sehat = Aliran Psikoanalisa, Behavioristik, Humanistik. Dalam http://more23dy.blogspot.com/2014/03/kesehatan-mental-konsep-sehat-sejarah.html (18 Maret 2015)

Pratama, M. A. (2013). Pengertia Kesehatan Dilihat dari 5 Dimensi. Dalam http://mandhikapratama.blogspot.com/2013/04/pengertian-kesehatan-dilihat-dari-5.html (20 Maret 2015)

Referensi Makalah. (2012). Pengertian Kesehatan Mental. Dalam http://www.referensimakalah.com/2012/12/pengertian-kesehatan-mental.html (18 Maret 2015)

Riyanti, D.B.P. & H. Prabowo. (1998). Psikologi Umum 2. Jakarta: Universitas Gunadarma.

Daftar Pustaka

Haanel, C.F. (2012). The Master Key System. Jakarta: AW Publishing.

Friday, 13 March 2015

Kesehatan Mental - Psikoanalisis

by Fadhila Nursyifa at 3/13/2015 0 comments
Merdeka.com - Satuan Reserse dan Kriminal Polres Tulungagung, Jawa Timur, menangkap pelajar SMP setempat yang diduga melakukan pembunuhan terhadap siswi teman kencannya. Siswi malang itu dibunuh karena diduga hamil. Wakapolres Tulungagung Kompol Indra Lutrianto Astono mengungkapkan, pelaku yang diidentifikasi berinisial IF (15) ditangkap hanya selang tiga jam setelah jasad siswi FHM (14) dievakuasi dari tempat pembuangan sampah. "Pelaku mengaku kalap karena korban minta pertanggungjawaban atas tanda-tanda kehamilan yang dialaminya," terang Indra menjelaskan motif pembunuhan. Demikian dilansir dari Antara, Kamis (6/6).


Psikoanalisis – Freud

Sigmund Freud (1856-1939) merupakan pendiri psikoanalisis sekaligus bapak dari psikoanalisis. Freud menyatakan bahwa sebagian besar perilaku manusia disebabkan oleh dorongan yang tidak terpuaskan dan keinginan yang tidak disadari. Apabila ada dorongan – dorongan yang tidak dapat disalurkan, dapat menyebabkan gangguan kepribadian dan juga menggangu kesehatan mental yang disebut psikoneurosis. Pikiran atau keinginan yang direpres atau ditekan juga mengakibatkan perilaku yang tidak normal atau menyimpang.

Dalam psikoanalisis, Freud menganalogikan pikiran manusia dengan gunung es. Bagian kecil yang tampak di atas permukaan air dianalogikan dengan pengalaman sadar, bagian yang jauh lebih besar di bawah permukaan air dianalogikan dengan pengalaman bawah sadar. Pengalaman bawah sadar ini mengandung berbagai harapan, gairah dan rahasia yang menimbulkan perasaan bersalah, teriakan yang tidak terucapkan, dan konflik antara hasrat dan kewajiban yang tidak terungkap. Menurut Freud pengalaman-pengalaman tersebut mempengaruhi pola pikir dan prilaku manusia. 

Selanjutnya, Freud menyatakan bahwa dalam kepribadian manusia terdapat energy psikis yang terdiri dari Id, Ego, dan Super ego. Id merupakan bagian primitive dari kepribadian. Id terdiri dari dorongan-dorongan biologis dasar seperti kebutuhan makan, minum, seks, dan agresivitas. Id membutuhkan pemuasan dengan segera tanpa memperhatikan realitas yang ada, sehingga Freud menyebutnya prinsip kenikmatan (pleasure principle). Ego disebut prinsip realitas (reality principle). Ego mengendalikan Id agar sesuai dengan realitas. Dengan kata lain fungsi Ego adalah menyaring dorongan-dorongan yang ingin dipuaskan oleh Id berdasarkan kenyataan. Sedangkan Super ego merupakan prinsip moral (morality principle), yang mengontrol perilaku dari segi moral. Dapat dikatakan bahwa Super ego adalah hati nurani seseorang yang menilai benar atau salahnya tindakan seseorang. Super ego mewakili nilai-nilai ideal dan selalu berorientasi pada kesempurnaan, sehingga setiap orang memiliki gambaran tentang diri paling idealnya (Ego ideal). Ego dan Super ego akan mengatur dan mengarahkan tingkah laku manusia yang akan memuaskan dorongan-dorongan dari Id berdasarkan aturan-aturan dalam masyarakat, agama atau keyakinan-keyakinan tertentu mengenai perilaku yang baik dan buruk.

Di dalam Id terdapat dua jenis energy yang saling bertentangan dan sangat mempengaruhi kehidupan individu, yaitu Insting kehidupan (Life Instinct) dan Insting kematian (Death instinct). Life Instinct mencakup lapar, haus dan seks, ini merupakan kekuatan kreatif yang disebut Libido. Sedangkan Death Instinct merupakan kekuatan destruktif. Hal ini dapat ditujuakan kepada diri sendiri, menyakiti diri sendiri atau bunuh diri atau ditujukan keluar berupa agresi. 

Menurut Freud, kita memiliki peringatan tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya yang disebut dengan kecemasan. Kecemasan berfungsi sebagai mekanisme yang melindungi Ego karena memberi sinyal kepada kita bahwa ada bahaya sehingga kita dapat menyiapkan reaksi adaptif yang sesuai. Ada tiga macam kecemasan yaitu, Kecemasan objektif yang merupakan kecemasan yang timbul dari ketakutan terhadap bahaya nyata. Kecemasan neurotik merupakan rasa takut kalau instink akan keluar jalur dan menyebabkan sesorang berbuat sesuatu yang dapat mebuatnya terhukum. Kecemasan moral merupakan rasa takut terhadap hati nuraninya sendiri. Orang yang hati nuraninya cukup berkembang cenderung merasa bersalah apabila berbuat sesuatu yang bertentangan dengan norma moral. 

Untuk menghadapi tekanan kecemasan yang berlebihan, sistem Ego terpaksa mengambil tindakan ekstrim untuk menghilangkan tekanan itu. Tindakan yang demikian itu, disebut mekanisme pertahanan, sebab tujuannya adalah untuk mempertahankan Ego terhadap tekanan kecemasan. Sembilan mekanisme pertahanan yang dikemukanan oleh Freud adalah:
  1. Represi, menekan atau merepres suatu pengalaman yang mengancam atau bertentangan dengan Super ego kedalam ketidaksadaran. 
  2. Pembentukan Reaksi (Reaction Formation), reaksi seseorang yang sebaliknya dari yang dikehendaki , agar tidak melanggar ketentuan dari Super ego. 
  3. Proyeksi, mengalihkan dorongan atau impuls yang mengakibatkan kecemasan kepada orang lain. Misalnya A membenci B, tapi A mengatakan bahwa B yang membenci A. 
  4. Displacement, melampiaskan perasaan kepada pihak ke 3 atau sesuatu yang tidak bersalah. 
  5. Rasionalisasi, membenarkan tindakan-tindakan yang dilakukan dengan mencari alasan yang masuk akal. 
  6. Supresi, upaya menekan sesuatu yang dianggap membahayakan atau bertentangan dengan Super ego ke dalam ketidaksadarannya. Berbeda dengan represi, supresi menekan hal-hal yang timbul dari ketidaksadarannya sendiri dan belum pernah muncul dalam kesadaran. 
  7. Sublimasi, mengalihkan dorongan–dorongan yang tidak dibenarkan Super ego ke dalam bentuk perilaku yang lebih sesuai dengan norma-norma masyarakat. Misal: seseorang yang mengamalkan sebagian hasil korupsinya, agar tidak dianggap sebagai koruptor. 
  8. Kompensasi, menutupi kelemahan dengan kelebihan lain yang dimiliki. Misal: siswa yang lemah dalam akademik akan menutupi kekurangannya dengan berprestasi dalam ekstrakurikuler. 
  9. Regresi, untuk menhindari kegagalan atau ancaman yang dihadapinya, individu mundur kembali ke taraf perkembangan yang lebih rendah misalnya kembali ke masa kanak-kanak. 
Kepribadian yang sehat menurut psikoanalisis :
  1. Menurut Freud kepribadian yang sehat yaitu jika individu bergerak menurut pola perkembangan yang ilmiah. 
  2. Kemampuan dalam mengatasi tekanan dan kecemasan, dengan belajar. 
  3. Mental yang sehat ialah seimbangnya fungsi dari Super ego terhadap Id dan Ego. 
  4. Tidak mengalami gangguan dan penyimpangan pada mentalnya. 
  5. Dapat menyesuaikan keadaan dengan berbagai dorongan dan keinginan. 

Analisis

Bisa dibilang semua pembunuh memiliki mental yang tidak sehat. Apapun alasan mereka membunuh tetap saja yang namanya menghilangkan nyawa orang lain merupakan suatu perbuatan yang menyimpang. Dalam contoh kasus diatas, sepertinya pelaku (IF) membunuh karena takut akan tuntutan korban (FHM) yang meminta pertanggung jawaban atas perbuatan zina yang mereka lakukan, serta takut ketahuan oleh orang tua mereka. Untuk melindungi dirinya dari masalah ini, IF yang tak dapat mengendalikan emosinya akibat tekanan yang dihadapinya, akhirnya membunuh FHM. Seharusnya di usia mereka yang masih belasan tahun atau remaja, mereka tidak melakukan hubungan intim, karena hal itu jelas telah dilarang oleh norma agama dan bertentangan dengan Super ego. Jika Super ego mereka bekerja dengan baik, mereka tidak akan melayani kenginan seks dari Id mereka. Selain itu seharusnya Ego dan Super ego IF merepres dorongan dari death instinct yang muncul agar tidak membunuh FHM. 


Referensi

Atkinson, R.L., R.C. Atkinson, & E.R. Hilgard. (1993). Pengantar Psikologi. Nurdjannah Taufiq. Jakarta: Erlangga.

Basuki, A.M.H. (2008). Psikologi Umum. Jakarta: Universitas Gunadarma.

Pratiwi, R.P. (2010). Pengertian Kecemasan. http://psikologi.or.id/mycontents/uploads/2010/05/pengertian-kecemasan-anxiety.pdf . [11 Maret 2015]

Psikologikucom. (2014). Psikologi Islam. Kecemasan dan mekanisme diri Sigmund Freud. http://www.psikologiku.com/kecemasan-dan-mekanisme-pertahanan-diri-sigmund-freud/. [Akses 11 Maret 2015]

Psikologi Zone. (2010). Psikologi Zone. Teori Sigmund Freud. http://www.psikologizone.com/teori-sigmund-freud/06511598. [11 Maret 2015]

Riyanti, D.B.P., H. Prabowo. (1998). Psikologi Umum 2. Jakarta: Universitas Gunadarma.

Taufik, M. (2014). Merdeka.com. 4 Kasus ABG perempuan dihabisi pacar dengan sadis. http://www.merdeka.com/peristiwa/4-kasus-abg-perempuan-dihabisi-pacar-dengan-sadis/hamil-siswi-smp-dibunuh-pacar-dalam-kondisi-nyaris-bugil.html. [10 Maret 2015]

Ucupanda02’s Blog. (2012). Ucupanda02’s Blog. Teori kepribadian sehat. https://psyche2nest.wordpress.com/2012/04/26/teori-kepribadian-sehat/.[10 Maret 2015]

Wade, C., C. Tavris. (2007). Psikologi. Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
 

Kumpulan Tugas Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea